DRAINASE, TIDAK SEKEDAR MEMATUS AIR

Seringkali saluran drainase dituding menjadi satu-satunya penyebab terjadinya genangan atau banjir bila musim hujan datang. Karena sebenarnya saluran drainase merupakan salah satu bagian dari proses bergulirnya siklus air di permukaan bumi, baik itu drainase dalam skala kecil berupa saluran-saluran penampung di sekitar rumah kita, maupun tampungan hilir drainase berupa parit atau sungai.

dsci0087.jpg

Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan dalam pengelolaan sumber daya air di perkotaan ini memerlukan perhatian yang serius bagi pengambil kebijakan pembangunan perkotaan, dan diharapkan tidak dilakukan secara parsial atau terpisah-pisah. Dibutuhkan suatu program yang pengelolaan yang menyeluruh, sehingga keberlangsungan pasokan air di perkotaan dapat terpenuhi sepanjang tahun.

Konsep pengelolaan air perkotaan paling tidak harus mengacu pada konsep pembangunan yang telah digagas oleh United Nation Enviromental Program (UNEP) yakni pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan mendasarkan pada konsep memadukan pembangunan dengan konservasi, dimana pembangunan yang tetap menghormati, peduli dan memelihara komunitas dalam kehidupan lingkungan, serta tetap berusaha memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup.

Pembangunan berkelanjutan dalam perkotaan menghendaki kebijakan pengelolaan yang terintegrasi antar beberapa bagian yang mendukung pembangunan di perkotaan. Seperti yang akan penulis paparkan dalam tulisan ini, yaitu upaya penanggulangan masalah banjir dan ketersediaan air bersih di perkotaan yang tetap melakukan upaya-upaya konservasi bagi penyediaan cadangan air.

Drainase Kota

Kota merupakan pusat segala aktifitas kehidupan. Oleh karenanya, kota harus menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung keberlangsungan aktifitas kehidupan tersebut, seperti prasarana perumahan, industri, perkantoran, pasar, jalan/terminal/ stasiun untuk transportasi dan sebagainya. Kondisi demikian maka diperlukan lahan yang cukup dan sarana prasarana pendukung yang memadai, termasuk didalamnya penyediaan air bersih, drainase, dan  saluran pembuangan limbah. Ketiga hal ini menjadi satu kesatuan yang harus terintegrasi dalam sistem pengelolaan air di kota.

Drainase (pematusan) kota yang buruk selama ini sering dijadikan penyebab terjadinya banjir (oleh air hujan) di kota, sehingga terkadang secara parsial, penanggulangan masalah banjir hanya tertumpu pada upaya memperbanyak saluran-saluran drainase. Padahal perencanaan drainase kota saat ini tidak hanya menganut konsep pematusan atau pengaliran air saja, tapi juga menganut konsep konservasi air perkotaan.

Dalam perencanaan drainase juga perlu dihindarkan pemikiran ‘sekedar mematus air’ atau ‘asal air mengalir lancar’ saja, tapi juga perlu dipikirkan daya tampung saluran atau sungai yang terakhir. Jangan sampai menghilangkan masalah di suatu tempat justru akan minimbulkan masalah baru di tempat lain. Pengelolaan saluran drainase tidak boleh bersifat individual, tapi harus terintegrasi antara hulu sampai hilir. Sehingga bagian hilir selalu menjadi ’korban’ bagian hulu yang tidak terkendali dalam mematuskan air. Apalagi bila proses resapan air di daerah yang tergenang kurang baik, maka volume air yang banyak tersebut akan cepat menjadi banjir.

Pengembangan model sedot tekan pada sistem drainase juga diperlukan, dimana digunakan sistem menyedot air di daerah genangan/banjir dan selanjutnya air ditekan untuk masuk ke dalam tanah. Atau dengan membuatkan waduk-waduk dan situ-situ untuk tampungan dan resapan air. Air dialirkan atau dipompakan ke dalamnya. Sehingga limpasan air yang menjadi banjir dapat dihindari, atau paling tidak dapat mengurangi ketinggian air genangan atau banjir.***